Halaman

Jumat, 10 Februari 2012

TUNAS KE 2 HARAPAN BUKAN IMPIAN

     KELASKU emang paling di andalkan dari pada kelas lain karena kelasku bukanlah kelas biasa di sekolah ini, kelas ini adalah kelas terunggul di bandingkan dengan kelas yang lain, dan aku sangat bersyukur sekali karena bisa duduk di kelas yang siswanya bukan siswa biasa. Banyak cerita yang telah terlukis di kelas ini canda tawa kami kikis bersama-sama, kelas ini kaya akan solidaritas dalam pertemanan, hal itu membuat aku sulit untuk melepas mereka jika waktu yang merampasnya.
     Kata orang bijak beda orang beda kemampuan, ini memang kenyataan dan hal itu membuatku selalu ingin menggali kata-kata itu. Setelah aku membanding-bandingkan antara aku dengan yang lain ternyata emang benar, semuanya sangat berbeda dari cara, sikap, sampai tingkah laku. Ketika aku membandingkan kemampuanku dengan orang lain yang mempunyai kemampuan di bawahku aku seperti sombong, akan tetapi jika  sebaliknya aku merasa tidak ada apa-apanya. tapi jika ardi yang berkata kecil hati itu tidak akan mungkin, karena walaupun tubuhnya kecil ia tidak akan suka dengan kata-kata itu.
     Kalau aku butuh pertolongan aku lebih suka meminta pertolongan kepadanya, hanya ardi yang bisa membantuku dalam segala hal. Selain ardi terkadang alam aku meminta bantuan yang duduk di belakangku, ternyata repot juga tidak mempunyai teman satu bangku, aku duduk paling depan dan sendirian dan ardi bertetanggaan denganku yang satu bangku dengan hamdi, mereka memang sangatr baik tapi aku malu jika harus meminta tolong kepadanya terus.
     Tidak terasa waktu istirahat telah tiba, istirahat kali pasti akan menyenangkan, karena aku telah terlepas dari mata pelajaran yang sangat membosankan dan membuatku jenuh, dan memang anak-anak kelas sembilan sering mengatakan pelajaran ini pelajaran  yang sangat mebetekan.
     Aku berjalan di atas teras bersama ardi sembari melihat-lihat akbar siapa tahu dia berada di sini.
     "Di, kita keperpustakan yuk, ada novel bagus di sana judulnya sang pemimpi."
     "Tidak ah, aku tidak terlalu tertarik sama novel."
     Tiba- tiba akbar menghampiri kami berdua.
     "Kak, bagaimana persiapannya?"
     "Persiapan apa?"tanya ardi
     "Kemah ke javana spa masa kamu lupa?"kataku
     "Oh... sory aku lupa besok lusakan.?" tanyanya lagi.
     "Iya."kataku"Bar, siapa saja yang ikut ke sana"
     "Alfa, Rizan, dan Kak Bagus."
     "Bagus. jadi lebih banyak yang kut itu lebih baik bukan."kata ardi
     "Oh ya kak, tadi kakak di panggil sama pak mahmud di mintanya"
     "Yang benar"tanya ardi, akbar mengangguk."ayo!" mereka pun pergi.
     Kini aku menjadi sendiri tanpa teman yang mendampingiku setelah mereka berdua pergi, aku bergegas ke kelasku, di kelas ini aku di temani oleh beberapa temanku, tiba-tiba alam datang menghampiriku tanpa aku minta, rupanya ia mengajakku untuk pergi ke perpustakaan bersamanya, tanpa banyak pikir lagi aku langsung menerima permintaannya.
     "Emang kamu mau baca buku apa?"
   "Baca buku biografi SBY, baru baca beberapa halaman  jadi penasaran kelanjutannya bagaimana."ujarnya.
    Sesampainya di perpustakaan alam langsung mengambil buku yang ia maksud di dalam rak buku, sementara aku masih mencari-cari buku sang pemimpi di depan rak setelah buku tersebut ku temukan aku mencari tempat duduk yang nyaman di dekat alam. Ketika kami tengah asyik membaca buku tiba-tiba ardi menghampiri kami berdua.
      "Ada apa di?" tanyaku.
      "Kamu di panggil tuh sama pak yusuf."
      "Lantas kamu lam."
      "Semua OSIS juga ada kok di sana." terpa ardi
      "Ayo lam ikut."
     Kami yang tengah asyik membaca buku terpaksa harus di tunda dahulu karena siapa tahu berita ini sangat penting bagi kami mungkin kabar baik atau sebaliknya, entahlah kami akan tahu jika menemui pak yusuf segera. Pak Yusuf adalah guru di smp ini ia merupakan staf yang penting di sini yaitu sebagai pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan, pak yusuf pula adalah ayah dari alam awalnya aku memang tak percaya bahwa alam adalah anaknya setelah kutahu buktinya akhirnya aku bisa percaya juga padanya.
     Kata-kata ardi tak bisa di pungkiri lagi memang benar apa kata-katanya semua osis telah berkumpul disana, kecuali kambertiga yang baru datang ke ruangan ini, sepertinya acaranya belum lama di mulai dengan segera kami ikut bergabung bersama mereka.
     "Sebelumnya bapak ucapkan terima kasih atas ke datangan kalian semuanya, juga bapak ucapkan mohon maaf karena telah mengganggu aktifitas kalian semuanya,"katanya, kemudian ia melanjutkan kata-katanya."Begini, bapak panggil kalian sebenarnya bapak tadi dapat surat dari kecamatan yang isinya keikut sertaan kalian dalam acara persami LT II, berhubung pramuka di sekolah kita belum aktif jadi untuk penggantinya adalah kalian, bagaimana kalian sanggup.?" Kami sungguh tidak percaya dapat tawaran ikut pramuka LT II, raut wajah kami berbeda ada yang di penuhi rasa penasaran, senang, bahkan ada yang biasa-biasa saja.
       "Kapan pak.?"
       "Di surat ini tertulis, pada hari sabtu sampai hari minggu tepatnya di belakang MI Ci Panas."jelasnya.
        "Jadi besok lusa dong."
       "Ya begitulah, untuk itu bapak mohon sekali keikutsertaan kalian."ujarnya "Sekarang bapak ingin  tahu siapa yang ikut ke sana jadi arif," dia memandang ke arahku, aku tersentak karenanya."Kamu sebagai ketua osis tolong data siapa yang akan ikut pada LT II nanti."
   "Oh..., iya iya pak pasti."ujarku meyakinkannya."Emang berapa orang yang ikut ke sana?"tanyaku lagi.
       "Minimal 6 orang dan maksimalnya 11 orang ."
       Lubuk hatiku berkata ini adalah kesempatanku mengikutikegiatan pramuka, karena hal itu merupakan impianku sejak aku masih duduk di sd dulu, namun karena faktor dan ruang waktu  yang tidak memihak kepadaku hal itu membuat akuharus menyimpan impian itu hingga ada kesempatan yang lain, kegiatan kali akan kujadikan sebagai bahan pelajaran untuk mengenal pramuka lebih dalam lagi. Semua anak-anak memandangku, seakan-seakan mereka menuntutku agar mengikuti kegiatan tersebut, tentu saja ini adalah kesempatan emas buatku, rasanya tidak masalah untukku jika mengikuti kegiatan itu meskipun hanya tingkat kwaran saja.
        "Saya ikut apa kalian akan ikut juga?" tanyaku kepada mereka.
        Semua temanku sepertinya telah puas dengan pernyataanku tadi, mereka juga mengikuti jejakku, mungkin mereka tertarik dengan dengan tawarannya atau sebagainya, entah apa tujuan mereka mengikuti kegiatan ini aku tidak peduli yang pasti kali ini aku punya kesempatan mengikuti pramuka.
          "Sekarang siapa yang akan menjadi pemimpin regunya?"
          "Hmm........... bagaimana kalau alam saja pak."Alam yang tadi diam saja menjadi tersentak oleh suaraku tadi, semua memandang alam seakan-akan mereka meyakinkan bahwa ia memang pantas menjadi pinru, dan menurutku ia memang pantas.
          "Aku setuju." ucap yang lainnya.
          "Kalau aku sich terserah."kata alam
          Akhirnya ia bersedia pula menjadi pinru, harapanku terkabul karena ia mempunyai banyak sekali pengalaman tentang pramuka di sdnya dulu, meskipun aku tidak satu sd dengannya tapi setidaknya aku tahu banyak tentang dirinya. Rupanya pertemuan kali ini tidak berlanjut begitu lama, setelah pemberitahuan itu kami langsung membubarkan diri dan beranjak ke kelas masing-masing, hal pasti akan menyenangkan karena di mulai dari sinilah aku akan memulai pengalaman baruku di pramuka. Bagiku hal ini untung sekali buat alam karena mungkin sudah tahu banyak tentang pramuka, sehingga tidak usah banyak latihan tidak sepertiku yang harus di mulai dari angaka 0 sebagai pemula, untuk menguasai tekhnik-tekhnik pramuka.
         Seraya waktu berlalu, akhirnya bel pulang berbunyi pula, kami sekelas berbondong-bondong
keluar dari ruangan yang persegi itu, di keramaian siswa-siswa yang bergegas pulang, dengan segera aku keluar dari ruangan ini, di depan gerbang kulihat alam tengah beranjak pergi kerumahnya. Dengan bergegas aku menghampirinya.
   "Lam, alam tunggu,"teriakakku kepadanya."Ini untuk besok lusa kamu bisa latihan dahulu?"pintaku.
        "Maaf rif, sekarang aku banyak urusan lain,"
        "Ya sudah kalau begitu kita pulang saja."kataku sambil jalan." Eh lam, ngomong-ngomong enak tidak sih jadi pramuka?"
        "Tergantung,"aku memandangnya tak percaya,"ya.... tergantung kepada kita sendiri, kalau kita menyikapainya baik, hasilnya akan baik pula juga sebaliknya."
        "Terimaksih,"
     Seraya berjalan kami berbincang-bincang, semakin hebat perbincangan ini semakin membuatku penasaran dengan pramuka. Di sebuah pertigaan kecil kami berdua harus mengakhiri perbincangan ini, karena kami harus berpisah di pertigaan ini, akan tetapi hal itu tidak akan pernah bisa melenyapkan rasa penasaranku terhadap yang namanya pramuka.
       Walaupun berkilo-kilo aku berjalan tidak akan melemahkan semangatku untuk pulang ke rumah, sesampainya di rumah aku bergegas segera menyimpan tasku di kamar yang sedikit acak-acakan, ku lihat lemari bututku seakan-akan aku ingin sekali membukanya, ku buka pula lemari itu dan kulihat sebuah baju yang bewarna kopi susu dan sebuah celan pendek berwarna coklat. Ku  tarik keduanya dan kupandangi dengan seksama.